Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tentang Pajang

 

Novel Epos

Ini adalah catatan saya tentang buku Pajang, karya Wawan Susetya. Ia menulis tentang kisah salah satu kerajaan Islam dan kemudian menerbitkan bukunya di penerbit FlashBook pada Maret 2011 lalu.


*
Saya baru tahu, Pajang adalah nama salah satu kerajaan Islam yang berdiri setelah masa kejayaan Majapahit mulai terkoyak.

Sebelumnya, saya terlalu sering dan fokus membaca novel-novel sejarah; bagaimana Gajah Mada merintis kerajaan Majapahit dari nol hingga masa kejayaannya mulai menyusut. Saya juga membaca beberapa buku yang bercerita tentang kerajaan-kerajaan sebelum Majapahit berdiri. Mereka adalah kerajaan-kerajaan embrio Majapahit.

Saya belum pernah membaca buku yang melanjutkan kisah bagaimana kerajaan Islam berdiri dan menaklukkan kerajaan paling legendaris di Nusantara. Sepintas saya pernah mendengar tentang kisah kesultanan Demak.

Namun hari ini saya menemukan potongan yang lebih lengkap tentang kisah kerajaan-kerajaan Islam yang melanjutkan masa pemerintahan setelah Majapahit mulai runtuh.
*
Sewaktu kecil, saya sering menonton film Mak Lampir, Jaka Tingkir, Angling Darma, dan film sesaudaranya. Tanpa saya tahu betul apa yang dikisahkannya. Ketika saya menonton dengan bapak, beliau tertawa, saya ikut tertawa. Bukan karena paham filmnya, tetapi lebih karena suasana yang diciptakan bapak, akhirnya saya ikutan tertawa. Saya ingin seperti Bapak yang paham kisahnya.

Sekarang saya baru paham, Jaka Tingkir adalah keturunan kelima dari raja Majapahit yang terakhir. Pada masa kesultanan Demak, ayahnya, ki Ageng Pengging, adalah seorang pengikut aliran Islam yang diajarkan Syekh Siti Jenar. Ia mati dibunuh penguasa kerajaan Demak sebab dua hal: pertama, ajaran Syekh Siti Jenar dianggap menyimpan dari ajaran ahlussunnah yang dibawa oleh wali songo. Kedua, raja Demak waktu itu khawatir Ki Ageng Pengging akan melakukan pemberontakan dan merebut kekuasaannya, mengingat Ki Ageng Pengging adalah keturunan sah Raja Majapahit dari permaisurinya yang sah. Sementara Raden Patah hanya merupakan putra dari selir raja.

Syekh Siti Jenar bersama pengikut setianya, termasuk Ki Ageng Pengging, ayah dari Jaka Tingkir, dieksekusi di halaman kerajaan. Raden Patah memerintahkan Sunan Kudus untuk mengeksekusi.

Meski demikian, kelak Jaka Tingkir mengabdi kepada kesultanan Demak di bawah pimpinan putra Raden Patah, yakni sultan Trenggana.

Bukan untuk membalas dendam, tetapi sebab Jaka Tingkir mendapat dukungan dari kawan seperguruan ayahnya, dari guru spiritualnya, Sunan Kali Jaga, mereka meramalkan Jaka Tingkir kelak akan menjadi penguasa Jawa.

Jaka Tingkir memulai perjalanannya dengan menjadi abdi kerajaan. Diangkatlah ia menjadi prajurit sebab kesaktiannya dikagumi oleh Raja Demak. Pada perjalanannya, ia ternyata berbuat satu kesalahan yang membuatnya harus diusir dari kerajaan. Perasaannya mulai goyah, benarkah ia calon  seorang pemimpin besar di Jawa? Lalu mengapa sekarang ia justru diusir dari kerajaan, padahal satu-satunya jalan menuju apa yang telah diramalkan ialah melalui kerajaan itu sendiri.

Perjalanan spiritual yang panjang, sebuah pencarian, Jaka Tingkir tetap menjalin hubungan baik dengan semua gurunya. Termasuk Sunan Kali Jaga. Berdasarkan petunjuk dari kawan ayahnya, Jaka Tingkir bisa diterima kembali menjadi bagian dari kerajaan, bahkan diangkat menjadi menantu. Itulah peluang besar yang tidak boleh diabaikan.

Sesempit pengetahuan saya, berdirinya kesultanan  Pajang di bawah kepemimpinann Jaka Tingkir adalah salah saru perebutan kekuasaan yang tak ada korban berjatuhan. Tak ada pertumpahan darah. Meski akhirnya Pajang hanya memerintah sebentar.
*
Sejak kerajaan Islam berdiri, raja-rajanya belajar Islam dan berguru kepada Wali Songo. Bahkan menjadikan Wali Songo sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam keagamaan.

Termasuk pula Jaka Tingkir. Ia tahu, Sunan Kudus telah mengeksekusi ayahnya di lapangan Demak. Tetapi selain berguru pada Sunan Kali Jaga, ia juga belajar ilmu agama dari Sunan Kudus, sejak sebelum ia diangkat menjadi penguasa di tanah Jawa.

Kesultanan Pajang kelak digantikan oleh Mataram, dan saya perlu mencari kelanjutan potongan kisah ini. Pajang hanya memerintah sebentar setelah berhasil memindahkan kekuasaan dari daerah pesisir ke pedalaman Jawa tanpa ada peperangan. Dan saya belum tahu kelanjutannya bagaimana sebab penulis buku sudah mengakhiri kisahnya.
*
Anda mungkin penasaran terhadap kisah lengkapnya, mungkin juga tidak, tapi terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca catatan saya yang terlalu buru-buru ini.

Sejak saat ini saya memutuskan untuk membuat berbagai catatan dari buku yang pernah saya baca. Saya sudah meninggalkan dunia resensi. Saya menemukan dunia saya yang baru; catatan buku.

Terimakasi telah membaca,
Salam Literasi. 

Posting Komentar untuk "Tentang Pajang"