Sebuah Ungkapan Cinta dan Duka untuk Ratu Elizabeth II
Lukisan Putri Elizabeth kecil oleh Philip de Lazlo |
Sebagai
sesama Queen, saya merasa perlu mengungkapkan belasungkawa yang
sedalam-dalamnya terhadap Ratu Elizabeth II, sekalipun ada beberapa hal yang
mengganjal dalam benak saya, mengingat bagaimana kejam perlakuan pemerintah
Inggris kepada Indonesai puluhan tahun lalu.
Saya menjadi
sakit hati sekaligus merasa lebih cantik dari Ratu Britania Raya itu sebab hal
ini.
Bukan saja
karena kami sama-sama Queen yang berhak menyandang predikat cantik, tetapi
karena kecantikan itu perlu didukung oleh sepak terjang yang baik.
Sejak 2015
lalu saya menambahkan Queen di belakang nama panggilan saya: Ella Queen. Bedanya,
Elizabeth
Alexandra Mary naik takhta menjadi Putri Mahkota dari garis keturunan
ayahandanya setelah 2 orang yang berada dalam garis suksesi takhta setelah pamannya,
tiba-tiba turun takhta. Posisi yang saya impi-impikan setiap kali selesai
nonton film produksi Walt Disney: Barbie.
Cerita
Putri Mahkota Elizabeth II kala itu mengingatkan saya pada kisah Putri Citra
Rashmi, si putri mahkota kerajaan Sunda, yang kisahnya baru saya selesaikan
beberapa minggu lalu. Membacanya membuat keinginan saya pada masa kecil dulu
menjadi bertumbuh kembali.
Pada saat
pamanda Elizabeth dan Pangeran Wales turun takhta dari garis suksesi yang berhak
diangkat menjadi raja atau ratu, apakah kegelisahan yang terjadi pada Citra Rashmi
juga dialami engkau, wahai Ratu yang memimpin sistem monarki terlama sepanjang
sejarah?
Citra
Rashmi menjadi Putri Mahkota karena memang ia adalah putra tertua dari Prabu
Maharaja Linggabuana dan istri sahnya. Ia memiliki seorang adik laki-laki
tetapi umur mereka terpaut sangat jauh. Di satu sisi, selir sang raja juga memiliki
seorang putra laki-laki yang usianya hampir sama dengan Putri Citra Rashmi.
Internal
kerajaan menjadi memanas sebab selir raja mulai mendesak agar raja mengangkat
putranya menjadi pewaris takhta. Sementara Putri Citra Rashmi merasa lebih berhak
atas jabatan itu karena ia adalah putri dari istri sahnya. Apakah keadaan semacam
ini juga terjadi pada keluarga kerajaanmu, wahai Ratu Elizzabeth?
Sebagai
sesama putri mahkota, sejak kecil mereka berdua sama-sama telah mempelajari berbagai
bidang keilmuan. Bahkan Elizabeth kecil telah mempelajari ilmu sejarah, bahasa,
sastra dan musik, Ketika citra Rashmi tengah belajar ilmu bela diri dan
filsafat di usia 9 tahun. Saya sedikit terlambat mempelajari itu, sekalipun
saya juga seorang putri mahkota.
Kisah
keduanya juga sudah dituliskan oleh penulis-penulis ternama di masanya. Crawford
dan Winston Cruchill bahkan menuliskan kisah Putri Elizabeth sejak beliau masih
kecil. Langit Kresna Hariadi dan Tasaro GK telah menuliskan kisah Putri Citra
Rashmi. Dan saya menuliskan kisah saya sendiri.
Tahun
1939 hingga 1945, Britania Raya memasuki Perang Dunia II. London berkali-kali
dibom oleh Jerman. Anak-anak dievakuasi, tak terkecuali Elizabeth kecil. Tetapi
ibundanya menolak usulan untuk evakuasi, karena ia tak ingin berpisah dengan
Putri Elizabeth.
Sekira
umur 10 tahun, kejadian serupa juga terjadi kepada Putri Citra Rashmi. Ia diculik
oleh kelompok Yaksapurusa yang jelas-jelas menentang kekuasaan ayahandanya,
Prabu Maharaja Lingga Buana. Pemberontakan Yaksapurusa cukup meresahkan
kerajaan, dan Putri Citra Rashmi kecil disekap dalam sebuah goa bersama anak
kandung dan anak buah Yaksapurusa.
Setelah
kejadian penculikan itu, kemudian Sang Raja mengirimkan Citra Rashmi untuk
mempelajari ilmu bela diri kepada Candhrabaga selama 4 tahun. Di sana ternyata
ia juga belajar ilmu filsafat.
Sementara
Ella Queen kecil baru belajar ilmu bela diri di kisaran usia 12 tahun. Itupun setelahnya
mendapat omelan tiada henti dari ibunda saya, Ibu Suri Handayani, karena beliau
merasa perempuan tidak baik kalau harus belajar silat-silatan. Berbeda dengan
pendapat Ayahanda Prabu, yang justru merasa saya perlu belajar ilmu persilatan sejak
dini untuk membentengi diri dari entah apa.
Di saat
Putri Citra Rashmi menerima lamaran Pangeran Hayamwuruk dari kerajaan Majapahit
karena berbagai alasan, termasuk untuk mempertahankan takhtanya di kerajaan
Sunda Galuh, Putri Elizabeth justru sedang jatuh cinta kepada Pangeran Philip
dari Yunani.
Perjodohan
Putri Citra Rashmi dan Pangeran Hayamwuruk mendapat dukungan penuh dari
kerajaan, Putri Elizabeth ditentang atas cintanya kepada Pangeran Philip
sekalipun akhirnya menikah juga, dan saya sedang LDR-an dengan pangeran saya
yang melanjutkan kuliah di seberang lautan sana.
Putri
Elizabeth menikah pada 20 November 1947, saya sendiri menikah pada 30 November
2020. Namun kisah cinta Putri Citra Rashmi tidak seindah kisah cinta kami. Ia
harus bunuh diri setelah melihat prabu Lingga Buana dan seluruh rombongan
meninggal pada saat hendak membalas lamaran Pangeran Hayam Wuruk.
Kisah-kisah
ini meyakinkan diri saya, tidak ada alasan bagi saya untuk tidak
berbelasungkawa atas wafatnya Sang Ratu Konstitusional dari 16 negara
berdaulat.
Betapapun
Inggris dulu pernah memporakporandakan Surabaya pada peristiwa 10 November dan
hingga saat ini dikenal dengan Hari Pahlawan, kemudian beberapa bulan
setelahnya Inggris kembali menggempur Bandung hingga sejarah mengenalnya
sebagai peristiwa Bandung Lautan Api. Betapapun hari ini negara-negara telah
berdamai, tetapi kami warga Indonesia tidak akan pernah lupa peristiwa itu.
Namun
demikian, sebagai sesama Queen, saya tetap menyampaikan duka yang teramat dalam
atas kepergianmu, wahai Ratu Elizabeth II.
Selamat
jalan, Ratu.
Posting Komentar untuk "Sebuah Ungkapan Cinta dan Duka untuk Ratu Elizabeth II"