Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Putri Sunda

 

Foto:  Pribadi

Judul: Citra Rashmi (Konspirasi Putri Mahkota)

Penulis: Tasaro GK

Penerbit: Qonita

Cetakan 1: September, 2013 

Tebal: 624 Halaman

Saya sedikit terlambat membaca novel pertama dari dwilogi Citra Rashmi ini. Mengenal penulisnya pun juga berselang beberapa waktu sebelum saya menemukan buku ini. Tasaro GK adalah penulis buku seri Muhammad, yang kisahnya telah sampai di telinga saya dari sumber yang berbeda-beda hingga saya merasa yakin betul buku itu menarik untuk saya baca. sampai saat ini saya masih mengincar buku itu. 

Citra Rashmi adalah tokoh utama dalam novel yang ditulis Tasaro. Dalam buku Gajah Mada (Makar Dharma Putra), Langit Kresna Hariadi juga menceritakan sedikit tentang putri mahkota kerajaan Sunda itu. Dalam bukunya, Langit menyebutnya Dyah Ayu Pitaloka. Perempuan yang kepadanya—Hayamwuruk, Maharaja Sri Rajasanegara, penguasa keempat Kerajaan Majapahit, menjatuhkan pilihan untuk menjadikannya permaisuri.

Tasaro dan Langit bersepakat bahwa apa yang melatar belakangi lamaran itu tidak lepas dari urusan politik pada kedua kerajaan tersebut. Dari semua daerah kekuasaan Majapahit yang terbentang di tanah Nusantara, hanya Kawali Sunda yang belum ditaklukkan sebab alasan kekeluargaan.

Berkali-kali Gajah Mada, mahapatih Maja Pahit memberi masukan kepada raja untuk segera menundukkan Kerajaan Sunda. Dalam ceritanya, Langit menggambarkan perasaan yang sangat alamiah dari seorang penakluk tanah Nusantara yang merasa sedikit terganggu karena merasa ada ganjalan kecil, ketika di antara semua daerah taklukan yang membentang luas, ada satu kerajaan kecil yang belum menyatakan ketundukannya sekalipun memang tak menunjukkan perlawanan.

Namun keinginan Gajah Mada kali ini tidak dikabulkan oleh raja. Ibu suri menyarankan untuk memilih jalan yang lebih halus agar tidak terjadi pertumpahan darah dengan kerajaan Sunda. Akhirnya melamar Putri Dyah Ayu Pitaloka atau Citra Rashmi menjadi pilihan yang paling masuk akal.

Lagi-lagi Langit dan Tasaro bersepakat mengenai alasan diterimanya persetujuan lamaran itu. Bahwa kecantikan Citra Rashmi tidak dapat ditandingi oleh putri manapun di Nusantara. Maka menurut semua pihak, hanya putri mahkota Sunda itu yang pantas untuk menjadi permaisuri penguasa Wilwaktikta.

Ketika Langit menggambarkan sosok Dyah Ayu Pitaloka sebagai perempuan anggun yang kecantikannya melebihi para dewi, saya membayangkan sosok perempuan Indonesia dengan segala karakter lemah lembut dan keibuannya. Namun, Tasaro GK menawarkan sesuatu yang jauh melebihi apa yang ada dalam kepala saya.

 Citra Rashmi sebagai tokoh utama dalam dwilogi novel Tasaro GK adalah putri dari Linggabuana, Penguasa kerajaan Sunda. Ia perempuan tangguh, dengan ilmu bela diri tinggi, yang memimpin 1000 pasukan untuk melawan kelompok Yaksapurusa, kelompok pemberontak yang menjadi musuh terbesar kerajaan Sunda. Pada waktu itu usia Putri Citra Rashmi baru belasan tahun, namun ia telah menguasai jurus pedang tertinggi yang diajarkan oleh gurunya, Candhrabaga.

Di samping keanggunannya yang begitu menawan, Citra Rashmi telah belajar ilmu bela diri sejak usianya masih 9 tahun. Sesaat setelah ia diculik oleh kelompok Yaksapurusa. Baginda Raja mengirimkan Putri Citra Rashmi kecil untuk belajar selama 4 tahun di padepokan Candhrabaga, sekaligus memata-matai ajaran baru yang dibawa oleh Candhrabaga. Raja menganggap itu sebagai benih-benih pemberontakan. Agar penyelidikannya tidak terlalu kentara, ia mengirimkan putri kecilnya untuk menjadi penyelidik dan melaporkan segala sesuatunya kepada utusan kerajaan.

Dari pengalamannya di masa kecil itu, Citra Rashmi tumbuh menjadi perempuan tangguh dengan pertimbangan yang matang di tengah pergolakan politik Sunda dan Jawa. Diimbangi ilmu bela diri yang tinggi, ia telah menjelma sosok pendekar perempuan yang sedang berada di puncak keemasan.  Hingga kemudian lamaran Sri Rajasanegara datang dan mengubah cerita sejarah yang berujung pada pertikaian tak berkesudahan antara Jawa dan Sunda. Bahkan sampai hari ini.

Perang hebat yang terjadi di Bubat sangat membekas, baik bagi masyarakat Jawa atau Sunda itu sendiri. Di lapangan Bubat, rombongan lamaran balasan dari kerajaan Sunda dibabat habis oleh prajurit Majapahit karena kesalahpahaman. Pernikahan agung yang diangan-angankan oleh kedua kerajaan musnah menggebu seperti suasana gelap yang terjadi di lapangan Bubat sebab peperangan tak sengaja itu.

Seluruh keluarga kerajaan Sunda termasuk Citra Rashmi mati dalam peperangan itu. Dan Raja Hayam Wuruk baru mendapat kabar setelah semuanya usai. Raja sangat terpukul dengan peristiwa yang menewaskan tunangannya sendiri. Langit Kresna Hariadi membahas kisah ini demikian baik. Dan saya sangat penasaran dengan novel kedua Tasaro GK, bagaimana ia mengisahkannya? Apakah memiliki kesepakatan yang sama dengan Langit  seperti sebelum-sebelumnya, sekalipun dikemas dalam gaya tulisan yang sama sekali berbeda?

Posting Komentar untuk "Putri Sunda"