Niken
Sumber foto: @nikenimelda_06 |
Hai, Niken..
Hai, Imelda..
Hai, Niken
Imelda..
Saya bingung
harus panggil apa, dan siapa nama panggilan kamu yang baik dan benar. Susah sekali
namamu.
Niken,
setelah obrolan panjang kita, saya rasa kita belum benar-benar berkenalan. Biar
saya perkenalkan, di grup Whatss App nama saya Lailatul Q. sama seperti nama
akun Instagram @lailatulqamariyah. Dari nama itu, Niken pasti tahu apa agama
saya, kan?
Teman-teman
yang lain biasanya memangil saya Ella. Jadi kamu boleh panggil saya, Kak Ella. Kamu
nanti kasih tahu nama panggilan kamu ya.
Niken, saya
ini asli Madura. Kamu Tanggerang, kan? Kita jauh sekali. Sejauh jarak usia
kita. Kamu sekarang masih SMP tapi sudah cantik sekali. Saya saja sudah sarjana
tapi ga cantik-cantik. Tapi memang warna kulit orang Madura dengan orang Banten
berbeda. Banten dekat dengan Sunda, di Jawa barat.
Niken pernah
tau Dyah Ayu Pitaloka? Dia seorang putri dari kerajaan di Sunda. Katanya, dia itu
cantiiiik sekali. Karena kecantikannya itulah kemudian Pangeran Hayam Wuruk
dari kerajaan Majapahit ingin melamarnya. Saking cantiknya, penulis naskah
sampai bingung bagaimana menggambarkan putri Sunda itu.
Hanya saja kisah
cintanya dengan Pangeran Hayam Wuruk harus kandas dan berakhir mengenaskan.
Dalam ilmu
sejarah, kisah antara pangeran Hayam Wuruk dan Dyah Ayu Pitaloka tertulis dalam
sejarah perang Bubat. Kedua keluarga berperang, Niken. Karena kesalahpahaman
akhirnya mereka saling membunuh.
Kamu tahu,
semua keluarga dari Sunda tewas dalam peperangan ketika hendak membalas lamaran
pangeran dari Jawa itu. Termasuk Dyah Ayu Pitaloka sendiri.
Tapi, yang
membunuh itu bukan sang pangeran. Bukan pula keluarga kerajaan. Mereka berperang
dengan prajurit penjaga wilayah Bubat di Majapahit karena kesalahpahaman dan
hal-hal lain urusan politik negara pada waktu itu.
Memang tidak
ada yang tahu nasib. Perihal takdir masih menjadi urusan Tuhan. Niken nanti pada
waktunya akan semakin paham, bahwa Tuhan itu lebih tahu segalanya. Segala-galanya.
Jadi,
membayangkan Dyah Ayu Pitaloka itu mungkin sama cantiknya seperti Niken Imelda.
Atau, mungkin memang orang-orang Banten cantik-cantik semua.
Sumber foto: @nikenimelda_06 |
Katanya,
perempuan Bandung itu cantik-cantik. Mungkin kecantikannya menular hingga radius
berapa, lalu sampailah ke kotamu. Haha itu imajinasi saya saja kok, Niken.
***
Niken, saya
itu malu sekali sewaktu kamu bilang bahwa kamu senang memasak. Lalu kamu
mengirimi saya akun Youtube dan Instagram yang berisi masakan-masakan kamu. Sekalipun
belum pernah bertemu langsung, tapi saya tetap malu. Justru saya semakin malu
kalau tidak merasa malu di umur saya yang sudah tua begini belum bisa masak
dengan baik dan benar seperti kamu.
Katanya kamu
belajar masak sendiri sambil lalu browsing tutorialnya. Saya juga kok. Bedanya,
betapapun banyak channel tutorial yang saya buka tetap saja masakannya hancur.
Sebagai
perempuan, seharusnya saya bisa masak dengan baik, bukan untuk menyaingi kaum
lelaki tapi untuk menyempurnakan peran sebagai Ibu nantinya. Ya, kan? Kalimat
ini adalah plesetan dari surat Kartini tentang pendidikan kaum perempuan, Niken
tahu Kartini, bukan?
Nah, biar saya
ceritakan.
Tapi bukan
soal Kartini, melainkan soal karir memasak saya.
Nafsu untuk
memasak saya baru muncul pada tahun ketiga saya di kampus. Melihat delapan ekor
cumi cantik di dapur, saya tidak tega membiarkannya terlentang begitu saja,
akhirnya saya membuka aplikasi You Tube untuk menemukan masakan apa yang cocok.
Waktu itu, Ibu
saya sedang ke sekolah. Sekitar jam 9 pagi, saya standby di dapur
sendirian. Selama ini saya belum pernah di dapur sendiri untuk mengobrak-abrik
isinya sepuas hati, kali itu saya benar-benar ingin.
Di tutorialnya
ada beberapa bumbu yang belum saya kenal, atau ragu antara bumbu A dan B mana
yang namanya ketumbar. Akhirnya saya menelpon teman, dan bertanya semua yang
kurang jelas. Setelah merasa cukup, saya melanjutkan operasi lapangan itu.
Saya memutuskan
untuk membuat cumi bakar. Bumbu saya ambil yang paling mudah saja. Kunyit salah
satunya. Saya tahu kunyit dong. Semester VI masak ga kenal kunyit.
Untuk pembakarannya
saya pakai panci serbaguna milik Ibu. Itu sepertinya panci kesayangan, soalnya
mahal. Saya kira semua panci itu sama saja, tapi ternyata panci serbaguna itu
berat sekali. Ukurannya besar dan ada saringan pemanggangnya. Jadilah kolaborasi
memasak saya dan Youtube.
Sekitar 2 jam
saya di dapur, saya pikir itu keterlaluan kalau hanya untuk 8 ekor cumi. Kecil pula.
Saking girangnya karena ini adalah kali pertama saya memasak sendiri dan sepertinya
cantik kayak di tipi-tipi. Saya menghampiri seisi rumah sambil menyodorkan cumi
bakar masing-masing seekor.
Kata Mbah saya,
rasanya enak sekali. Saya semakin bersemangat.
Saya menghampiri
Ibu yang baru saja tiba, saya bilang “Saya habis masak, Bu. Cumi bakar. Ini dicobain.”
Sambil menunggu Ibu mengunyah, hati saya berdebar keras. Semacam peserta
kompetisi memasak kayak Master Chef.
“Apa saja
bumbunya?” tanya Ibu. Saya jawab semuanya.
“Dapat dari
mana kunyitnya?” saya menunjuk halaman belakang yang ditanami beberapa tumbuhan
rempah.
“O, kiri
jalan? Dekat batu besar?”
“Iya, ” Jawab
saya.
“Itu temu. Pantas
saja rasanya agak pahit.” Jleb. Saya kaget sekali. Sebego itukah diri ini? Setelah
itu saya dan Ibu tertawa.
Setelahnya,
Ibu bertanya proses pembakarannya. Saya jawab seperti biasa. Memanggang pakai
arang. Tiba-tiba Ibu bergegas ke dapur. Saya memang memanggangnya di dalam
dapur hingga asapnya memenuhi seisi rumah. Begonya lagi, Niken. Kenapa saya
tidak berpikir bahwa asapnya akan menyebar kemana-mana. Kenapa susah sekali
menemukan ide bahwa bakar-bakar itu harusnya di luar ruangan. Duh.
Ibu hampir
marah, dan menjadi benar-benar marah ketika tahu pancinya gosong gegara saya
memasukkan arang ke dalam panci. Ampun deh, ini pengalaman paling mengerikan.
Dalam pikiran
saya, biasanya membakar itu pakai arang dan saringan pemanggang. Karena saringan
itu ada di dalam panci jadi semua prosesnya saya lakukan di dalam panci. Aduh,
jangan dibayangkan, Niken. Saya malu sekali.
Kamu boleh
ketawa sepuasnya, mumpung kita belum ketemu.
Ah ya, saya
senang sekali bisa berkenalan denganmu. Saya juga senang perkenalan kita di
jalur literasi. Seperti kamu, saya juga senang menulis dan membaca.
Semoga saya
bisa pandai memasak seperti kamu nanti.
Selamat malam, Cantik.
Salam hangat.
Lailatul Q.
Haii juga kak Ella 👋👋, sebelumnya aku mau kasih tau nama panggilan saya atau nama pena saya, kakak boleh banget panggil aku Niken atau ga Nik, kakak klo boleh jujur aku suka banget sm surat buatan kakak dan pastinya aku selalu kagum banget sama surat² ya udh kk buat 👏👏😍😍, kk pokoknya keren banget deh klo buat surat² karna surat yg kk buat selalu menginspirasi saya bngt, semangat dan terus berkarya ya kak 🤗🤗 dan kakak ga usah minder atau malu sm aku kak walaupun kk blng saya cantik dan jago masak atau pintar dlm memasak tetap saja kak saya manusia biasa yg tidak sempurna kak dan pastinya saya juga punya bnyk kelemahan, mungkin saya bisa dlm bidang memasak, tetapi kk juga mempunyai kelebihan masing² contohnya seperti kakak sangat kreatif dlm membuat sebuah surat² maupun karya lainnya dlm menulis, dan saya tau kak kita memang sangat jauh usia kita ataupun rumah kita, tapi saya yakin bahwa segala jarak maupun usia kita tidak akan memisahkan pertemanan kita kak, dan segala perbedaan² yg ada dalam diri kita berdua tidak akan bisa memisahkan dlm pertemanan kita melainkan dapat lebih mempersatukan kita berdua kak ☺️☺️, dan kakak tetap semangat ya belajar dlm memasak karna saya yakin dengan kakak rajin dan tekun dlm belajar pasti kk bisa menjadi seorang ibu rumah tangga yg pintar dlm segala hal, Amin 🙏🏻🙏🏻, saya juga akan selalu dukung kk & kk jangan malu² dlm bertanya ke saya ya dlm hal memasak karna saya akan selalu bersedia untuk membantu kk ataupun saling berbagi pengalaman saya kpd kk, klo boleh jujur kak saya juga pernah mengalami kejadian memasak seperti kk hanya saja saya dlm membuat kue, saya juga sm seperti kk merasa sngt sedih dan sangat putus asa pada saat keluarga saya melihat kue saya yg gagal 😔😔, nah dari situlah semangat saya semakin menjadi kak 😀😀, dlm memasak dan saya semakin banyak berkarya sehingga saya bisa membuat kue yg enak & seluruh keluarga saya menyukainya 😁, nah dari sini maka kk terus saja semangat dan pantang menyerah kk saya yakin suatu saat kakak pasti bisa melakukan segala hal yg kk harapkan seperti saya, dan apabila suatu hari kita bisa ketemu kak saya ingin mengajak kk masak bersama saya dan membuat sebuah karya dlm tulisan seperti cerpen ataupun puisi apakah kakak mau? Ditunggu ya kak jawabannya, Salam Hangat dari saya Niken. Love you kak ❤️❤️
BalasHapusTerimakasih, Niken..
HapusSaya akan balas komentarmu di surat kedua ya.. oke..
Love you too, Nik..