Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lovember | 8

 


Pak Haji, saya menulis ini pada jam 20:23 di malam terakhir tahun 2021. Nanti tulisannya saya posting di hari pertama tahun 2022. Padahal jarak waktunya dekat, sama sebagaimana biasanya saya menulis. Tapi mengapa urusan memulai tahun yang baru, selalu tidak biasa saja sekalipun malamnya sama-sama gelap dan matahari tetap hangat?

Ada perayaan, kenangan, harapan, petasan, juga postingan, dan komentar-komentar. Saya ingin mengenang seperti mereka, tapi saya tidak tahu apa yang istimewa dan perlu saya rayakan selama setahun ini. Awal tahun 2021 lalu saya tidak membuat rencana apa-apa.

Kamu gimana, Bang Haji?

Apa menurutmu saya orang tak punya tujuan hidup? Punya kok, tapi entahlah bagaimana. Kadang saya bingung dengan diri saya sendiri. Saya sering mengatai Kamandanu itu peragu, padahal saya sendiri tak jelas juntrungannya.  

Ingin apa, mau kemana, tujuannya apa, hasilnya apa, saya tidak tahu. Menjalani hidup asal nggelundung seperti kata Kiai Faizi. Siap digiring kemana pun dan dalam kondisi apa pun. Betapa pasrahnya hidup seperti ini. Tak banyak keinginan, tak ada ekspektasi, asal ngglundung dan sampai dalam keadaan utuh saja sudah kelar dunia ini.

Menurutmu bagaimana, Bang?

Sejauh ini kan, kamu selalu menjawab semua pertanyaan penting dan tidak pentingku. Kenapa kamu tetap berusaha menjawab sekalipun tahu mulutku lagi ‘mode iseng-iseng’? Kenapa kamu baik? Saya kan jadi lala padamu.

Saat suasana santai, kami duduk-duduk di teras rumah. Saya lalu bertanya, “Kenapa tikus-tikus milenial lebih ganas dari tikus jaman old?”

“Mana ada? Sama saja kok.” Jawab Haji Abang.

“Iya, beda. Dulu setahuku, mereka paling nyuri makanan aja di dapur.”

“Sekarang?”

“Setelah itu mereka mulai gesit mencuri di ladang. Petani sampai kewalahan, lho.” Jawab saya sambil mengingat penuturan orang-orang yang tanamannya habis dibabat tikus.

“Lalu?”

“Eh, kemarin ada yang cerita tikusnya mulai masuk kandang, makan anak ayam, makan burung. Kenapa tikus semakin ganas begitu?”

“Ooh, itu mereka berevolusi, kayak teori Darwin.”

“Kok bisa?”

“Bisa lah. Efek samping pestisida.”

“Haha, iya kah?”

“Iya..”

“Terus nanti tikusnya jadi apa?”

“Jadi koruptor lah, berdasi.”

Saya tertawa terpingkal nyaris terjungkal. Entah bagaimana, di depannya saya selalu auto bego.

Ah, Bang Haji, saya semakin lala padamu.

Satu lagi penyebab ke-lala-anku padamu adalah, saya tidak mengira akan mendapatkan kado paling romantis yang belum pernah dipikirkan orang lain di hari ulang tahun pernikahan kita. Ketika teman-temanku mendapat kue, baju, tas, sepatu, kau membelikan domain untukku.

Dari dulu saya ingin sekali. Akhirnya tiba-tiba pagi itu kamu bilang, “Mau .id, .com, atau yang mana?” Duh, rasanya lala sekali. 

Domain kenapa romantis? Karena intinya bukan apa yang diberikan. Lebih dari itu, saya merasa bisa melakukan banyak hal denganmu. Saya bisa mencapai semua mimpi-mimpi tolol saya bersamamu.

Bagi saya, memberikan barang itu adalah level paling mudah dan tidak perlu mikir asal ada duit. Tinggal pesan, jangan beritahu, atur tanggal, kasih kejutan. Hore.

Sudah.

Tapi ternyata keinginan saya jauh lebih besar dari itu, bersamamu saya ingin berbuat sebanyak-banyaknya, melakukan hal-hal baru, belajar banyak hal. Berkarya tanpa batas.

Dan saya selalu menunggu dan berkhayal tentang tantangan atau hadiah apa yang akan Tuhan berikan di tahun 2022 nanti.

Pak Haji, di luar basah karena gerimis. Tinggal saya seorang di rumah yang masih terduduk, yang lain sudah tumbang dibelai ilmu sirep. Saya harus segera tidur. Tapi sebelumnya saya ingin mengucapkan selamat tahun baru dengan cinta dan kehangatan yang sama. Saya penasaran hal hebat apa yang akan kita lakukan nanti di tahun 2022.

Kita jalani saja ‘asal ngglundung’ seperti kata Kiai Faizi, ya.

Sampai ketemu hari Senin ya..


Selamat tahun baru semua.

 

 

Posting Komentar untuk "Lovember | 8"