Notes on Love | 3
dokumen pribadi |
Akhirnya..
Sejauh ini saya masih rajin khusushan fatihah untuk Abah dan Umi.
Semoga hati beliau dibukakan untuk kemudahan jalan cinta saya bersama Anam.
Sejak kecil, Abah mendidik saya untuk istiqamah terhadap pilihan.
Me-request harapan-harapan saat malam hari melalui do’a dan menjemputnya
saat pagi tiba. Itu pesan Abah. Sekarang saya benar-benar
mengaplikasikannya dan berharap Tuhan berkenan mengabulkan.
Satu bulan sebelum masa dua tahun habis, saya gelisah. Pertanyaan
muncul tanpa bisa saya kendalikan. Siapa
sebenarnya manusia itu? Kenapa saya begitu yakin dengannya? akankah dia
menepati janjinya? Ya Allah, segala yang berada di luar batas kemampuan,
saya pasrahkan sepenuhnya kepada-Mu untuk menyelesaikannya.
Belum pernah saya berdo’a demikian khusyu’ setelah qiyamullail. Saya
ragu antara siap dan tidak menghadapi segala konsekuensi.
Esok paginya Anam menghubungi, setelah bertegur sapa
dan bertanya kabar. Dengan sopan saya berkata, “jika bulan depan tidak
datang, saya menikah dengan orang lain. Itu sudah keputusan Abah”. Dia
berjanji untuk datang sebulan setelah ini.
Harap-harap cemas saya menunggunya. Satu bulan bahkan terasa lebih
lama dari pada enam tahun saya di pondok.
Hari itu tiba, Anam datang bersama Abah, Umi dan kakeknya untuk
melamar. Dan untuk pertamakalinya saya bertemu dengannya. Alhamdulillah
perjuangan saya tidak sia-sia. Semoga ini adalah cinta yang barokah sang
pemilik Cinta.
Saat itu juga keluarga kami memutuskan tanggal pernikahan. Tak
berselang lama dari itu kami pun menikah. Sekali lagi, Alhamdulillah cinta kami
sempurna setelah pernikahan.
***
Dari kisah Nida ini saya paham akhir sebuah kisah adalah sakinah
bersama pasangan. Perkenalan sederhana, komitmen, do’a, istiqamah adalah level
perjalanan cinta Nida. Ia telah berbahagia dengan kehidupannya.
(berdasarkan penuturan Nida, bukan nama asli)
Posting Komentar untuk "Notes on Love | 3 "