Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Notes on Love | 1

Kisah ini ditulis 5 tahun lalu. Saya mengabadikannya di sini sebagai pajangan, layaknya pameran seni lukis, karya tulis pun perlu diabadikan. Sebuah karya yang mungkin hari ini sudah usang dan tidak menarik. Tetapi bagaimanapun ia adalah sebuah karya, karya yang tumbuh dan berbuah tulisan-tulisan lain yang barangkali jauh lebih segar... 

dokumen pribadi


Seseorang berkisah..

Cinta semestinya harus konsisten. Jika pilihan telah dijatuhkan, maka ia menuntut untuk istiqamah dengan satu pilihan. Memusatkan hati, perasaan, dan do’a hanya untuk orang yang dipilih. Jika serius dan tegas meminta sesuatu, Tuhan pasti mengabulkan. Itu adalah janjinya. Dan salah satu ciri orang beriman adalah meyakini firman-Nya.

Perkenalan

Ceritanya mengalir begitu saja. Setelah memperbaiki posisi sebentar, saya siap mendengarkan kelanjutan kisahnya.

Semua berawal saat salah satu nomor tak dikenal salah sambung. Namanya Anam, ia anak Madura. Ia berkali-kali meminta maaf setelah tahu sambungan telponnya salah sasaran. Kami berkenalan dan semua kisah dimulai.

Dengan sopan ia memperkenalkan diri dan bertanya banyak hal sebatas perkenlan biasa. Sebelum ia menutup telponnya kami sempat bertukar alamat facebook sebagai akun silaturrahmi kami dari dua daerah yang berbeda. Bekasi-Madura.

Dari akun facebook itulah saya tahu dia adalah santri di salah satu pondok pesantren. Sekarang dia sedang menyelesaikan studinya. Dari satu, dua, dan beberapa hal sepertinya kami searah. Obrolan kami nyambung sekalipun ia hanyalah orang asing beberpa menit yang lalu.

Rasa bersambut, semesta seperti memberi tahu banyak hal tentangnya. Nyatanya dia adalah putra salah seorang sahabat Abah. Dunia serasa menyempit.

Kami merasa ada kecocokan. Hingga kemudian, dengan segenap keberaniannya Anam menyatakan ingin serius mengikat hubungan dengan saya.

Beberapa hal menjadi pertimbangan saya waktu itu. Seperti, bagaimana akhlaknya, agamanya, nasabnya, pendidikannya, dan semua saya rasa baik-baik saja. Pas untuk dijadikan rekan seiman.

Dia bukan tipe lelaki gombal, dia serius dan tegas. Tidak ada pertemuan sebelum dan setelah obrolan itu antara kami.

Satu minggu setelahnya, “Jika dua tahun lagi kamu masih jomblo, saya datang melamar” katanya tegas tanpa basa-basi. Antara sadar dan tidak tiba-tiba saya seperti malambung ke langit, seperti menyentuh awan lembut.

Saya berpikir bahwa orang ini mungkin saja tidak main-main. Dan tidak ada hal yang perlu saya curigai dari profilnya. Terlebih saya suka caranya untuk serius. Saya jatuh cinta dengan semuanya. 

*bersambung...

Posting Komentar untuk "Notes on Love | 1 "