Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisanak



Bagaimana kabarmu isya ini, kisanak?

sebagian dari diriku yang dungu mengingatkan aku isya-isya lalu yang kita lewati berserakan di sepanjang jalan kota yang basah karena hujan. kau menawariku kopi, dan aku tersenyum dengan secangkir cokelatku. memang tak mahal, tetapi hujan membantu senyumku kian mengembang.

isya yang lain, kisanak, kita habiskan di sepanjang jalan sepuluh nopember surabaya. tidak hujan memang, tetapi udara cukup sejuk untuk membuat dadaku berdesir. aku khawatir malam itu akan menjadi candu.

belum lagi isya yang lain, yang habis dalam perjalanan surabaya, pasuruan, mojokerto, malang. semuanya kusimpan rapi dalam ketololanku. entah bagaimana sebagian dari dirimu cukup membuatku sinting berkali-kali.

belum cukup itu, kisanak. isya-isya yang lain habis dimakan kenangan yang aku rawat dalam sepiku.

lucunya, isya selanjutnya selalu kuharapkan tak lagi berserakan di jalan. cukup. aku mengharapkan isya di rumah. entah rumahku atau rumahmu. engkau beberapa langkah di depanku dan aku selalu di belakangmu. melepas sandal dan sepatu. tanpa alas di atas sejadah, merendah, menaruh lelah. bersama. kita. aku dan engkau. sebagai imam dan makmum.`

Sumenep, 2019

5 komentar untuk " Kisanak"

  1. Balasan
    1. Sayang aku belum bisa mempraktikkannya kwkw. Isya' di kos sendirian tanpa seseorang di depan hahahha

      Hapus
    2. Waktunya aja yang belum😆 semua hanya soal waktu laaahhh

      Hapus
    3. Bila rindu begitu nikmatnya, untuk apa memulai temu..
      Bila sendirian lebih efektif ngapai mesti berdua. haha

      Hapus