Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ismy

foto pribadi

 

Halo, Ismy..

Sejak pertemuan kita kemarin, aku menjadi sering memikirkanmu. Di perjalanan pulang, di tempat makan, di tempat tidur, hingga bangun tidur tadi aku masih memikirkan obrolan-obrolan kita di taman Kili Suci itu.

Sejak 3 tahun pertemuan pertama kita dulu, kemarin kita mengobrol 3 jam. Pertemuan  yang singkat untuk pembahasan kita yang tak habis-habis seperti air di bumi. Semua hal mendesak-desak untuk diungkapkan sehingga percakapan kita tak memiliki judul yang pas.

Dari dulu kamu memang orang yang asik dan berisik, kamu baik, wajahmu juga baik, sayangnya kisah cintamu belum begitu baik.

Jam 08:59 HPku bergetar, kulirik namamu sudah muncul di layar. Sebelum kuangkat, aku sudah lebih dulu melihatmu berhenti mengayuh sepeda lalu celingukan. Ismy yang cantik dengan kaos hijau botol, celana putih, dan jilbab coklat muda yang berkibar diterpa angin.

Aku tersenyum, bergegas turun, lalu melambai ke arahmu. Ah, rupanya kamu pakai make up tipis yang membuat wajahmu lebih segar dan merona. Pipimu segar seperti warna sepeda yang kau tumpangi. Sumpah.

Ah, ya.. dari ceritamu aku mendapat satu tambahan lagi koleksi lelaki bangsat selain Arya Dwi Pangga dan Pai-Pai. Kamu tahu Pangga, My? Aku sudah berkali-kali menceritakannya di tulisan-tulisanku sebelumnya.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dalam percakapan kita. Kita tidak sedang membahas negara dan persoalan-persoalan pelik politik Indonesia seperti Najwa Shihab membahasnya. Kita tidak sedang hadir ke podcast nya Om Deddy kayak selebgram Laura Anna. Kita juga ga lagi memprediksi pertandingan Indonesia dengan Filipina kayak Om Mardigu. Kita tidak sedang mengisi seminar di kampus, ya kan?

Tidak ada tema keren dalam obrolan kita, tapi kenapa begitu membekas? Aku tidak tahu penjelasan secara psikologisnya gimana. Kan kamu yang anak Tasawuf Psikoterapi. Menurutku, seharusnya kamu lanjut magister ambil jurusan psikoterapi. Sekalipun aku tidak tahu seperti apa isinya, tapi dalam kepalaku ilmu itu akan berguna untuk menolong diri kamu sendiri.

Kamu kemarin juga cerita soal konseling, pertanyaanku kenapa kamu tidak mencoba mengobati luka-lukamu dengan ilmu itu. Hehe.

Maaf ya, aku tidak bisa membantumu dengan ilmu akuntansi atau ekonomi micro-macro milikku. Ilmuku tidak terlalu berguna, ia akan menunjukan keampuhannya kalau urusan luka-luka negara. Itupun aku tak tahu cara menggunakannya. Dasar kuliahku ga jelas, tapi lulusnya ngarep kayak Maudy. Eeleeeehhh... apalah aku yang bebek dibanding dia yang merak. Ya gak?

Ismy, kamu sering tertawa. Terbahak-bahak menertawakan kisah cintamu yang sial. Tapi aku masih bisa ‘kok melihat matamu yang mengembun di sela tawa dan umpatan. Dan aku tahu persis itu bukan air yang biasa keluar ketika seseorang tertawa terpingkal-pingkal.

foto pribadi


Aku tahu, bagaimanapun perempuan itu riang gembira seperti lagu-lagu anak PAUD, dia tidak akan mampu membendung perasaannya sendiri. Justru ia yang terlihat ceria sebenarnya rapuh. Ia terlalu rapuh. Tapi demi satu hal, entah apa, dia akan tertawa terbahak-bahak—sepintas seperti makhluk aneh yang jatuh dari langit hanya untuk tertawa saja.

Perempuan memang aneh, My..

Dan laki-laki tidak akan pernah paham bagaimanapun mereka berusaha memahami. Yang ada hanya usaha-usaha lalu kita para perempuan akan mengiyakan saja sebatas untuk mengahragai usahanya.

Yah, kurasa apa yang kamu alami juga dialami perempuan-perempuan lain sebelum kamu, juga setelahmu nanti. Dan semua orang tau kalimat klise ini. But, My, don’t forget to fall in love with u’re self first.

And one more, 

A question to ask your self before you sleep:

            “Did you feel loved today?”

Ok, honey. Don’t be dramatic. It has only just begun. Love you so much, My..

11 komentar untuk "Ismy"

  1. Asik aja curhatanku jadi bagian dari tulisan di blog ini😂 aku uda capek nangis sih sebenernya, juga aku merasa naif karena percintaan bisa membuatku sepilu itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku ga tau ini mewakili perasaan kamu atau tidak, haha.. tapi memang sejak pulang tu dalam kepala isinya, nulis nih fix nulis. hahaa

      Hapus
    2. Wkwkwwk😂😂 mantep dah suuu😁

      Hapus
    3. Bales dong pake blogmu.. kalia aja ntar malah jadinovel. haha

      Hapus
  2. Balasan
    1. Terimakasih sudah berkenan baca tulisan-tulisan ngawur saya.. :)

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Sebenarnya dri dulu aku diam-diam sering baca tulisan-tulisanmu mael wkwk kadang karena tulisanmu pula aku jadi tergerak untuk nulis walaupun tulisan yang menye-menye, tidak nampak serius sama sekali ahhaha. Keren bg lah mbakku yg stu ini pokoknya🤤

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan sebenarnya dari dulu pula aku pengen nyambangi temen-temen yang di Jogja lagi.. entah kenapa Jogja punya dayatarik kuat dan aku bisa nulis sampe puluhan kalau ke Jogja lho.. padahal cuma sehari dulu aku sampe nulis 2 cerpen. hahahaa. jogja...jogjaa

      Hapus