Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gol Bunuh Diri Indonesia-Thailand

Sumber foto: Gorila Sport


Tulisan saya kali ini bukan bagian dari seri lovember sekalipun saya membahasnya dengan Pak Haji Abang Saleh.

Juara 2 pembahasan kami selama dua hari ini adalah Kejuaraan AFF, Indonesia melawan Thailand. Sementara juara 1 dalam topik pembahasan kami adalah kontes musik tanah air, X- Factor Indonesia.

Sekalipun X-Factor menempati juara pertama, tapi Kejuaraan AFF lebih trending untuk dibuat tulisan. Buktinya, status Whatss App kalian pada bola semua. Mulai dari yang benar-benar paham bola, ikut-ikutan, sampai tidak mengerti sama sekali selain teriak gol paling lantang, semua bola.

Jelang 0-2 untuk Indonesia-Thailand, status Whats App mulai memanas. 0-3 mulai ramai muncul potongan-potongan video penceramah yang membahas sepak bola tanah air. Akhirnya pada 0-4, semua berlomba-lomba dalam kebaikan memberi caption.

Komentar Pak Haji sewaktu saya bilang Indonesia masih 0 sementara Thailand sudah 3, jawabannya adalah; “Thailand memang bagus lho, Gong.” Sementara dia tetap fokus dengan layar handphone yang berisi peserta X-Factor.

Iya, sejak pertama kali kejuaraan itu digelar, Thailand memang sudah tampil sebagai pemenang.

Waktu itu tahun 1996, pelaksanaannya di Singapura, dan namanya belum AFF Championship, tapi Piala Tiger dan Piala Suzuki AFF. Kenapa namanya Tiger? Karena diambil dari nama perusahaan sponsornya, Tiger Beer. Sebuah perusahaan bir di Singapura.

Piala Tiger yang kedua lalu dilaksanakan di Vietnam tahun 1998. Waktu itu ada insiden lucu antara tanah air kita dan Thailand juga. Pada babak penyisihan Inodesia-Thailan, keduanya sama-sama males menang, males ketemu si tuan rumah Vietnam di babak berikutnya. Jadilah skor imbang 2-2 hingga jelang akhir pertandingan.

Nah, di detik-detik berakhirnya pertandingan, Mursyid Efendi si bek tim Indonesia itu malah mencetak “gol bunuh diri” dengan menendang bola ke gawangnya sendiri hingga skor menjadi 3-2 untuk kemenangan Thailan. Mamvus. Jangankan kalian, si Martin aja bingung. Banyak komentator marah-marah. Untung nyawanya tidak langsung dicabut sama si Martin gabut.

Kita penonton mau bilang apa kalau pemainnya saja frustasi begitu?

Yah, mau tidak mau kedua tim harus didenda karena dianggap merusak semangat sepak bola. Bayangkan, Vrooh, Kami (penonton) sudah capek-capek teriak, eh pemainnya males menang. Jadi garing kan?

Saya dan Pak Haji tertawa. Lebih pasnya kami menertawakan ekspresi bingung penontonnya.

Urusan bola sebenarnya kami berdua tidak ada yang benar-benar suka. Tapi kalau menang ya kami ikut bahagia. Bedanya, kalau kalah, kami tidak ikutan membuli. Bagi kami, the real nationalism itu begitu. Menang Bahagia, kalah tidak misuh. Hahaha.

Di kampung kami bola memiliki jenis kelamin, itulah sebabnya kenapa perempuan, termasuk saya jarang menyukai per-bola-an. Mbah saya adalah orang yang paling lantang berteriak, “Jangan beli bola, itu mainan anak laki-laki. Jangan main bola nanti kamu kayak laki-laki.” dan jangan-jangan lain tentang bola.

Jelas waktu itu saya tidak punya amunisi untuk menjawab, ini permainan netral gender, Mbah.

Barangkali, hal semacam ini juga terjadi di kampung-kampung kalian. Wanita pribumi tidak punya wawasan yang luas urusan olah raga dan cabang-cabangnya. Kalau hari ini mereka pada update story soal pertandingan bola, ya paling ikutan yang lagi trending aja.

Hanya sedikit dari kaum perempuan yang paham betul dan benar-benar senang dengan bola. Salah satunya Mbak Guru saya. Beliau bukan cuma gemar, lengkap dengan analisisnya. Bahkan paham betul soal pertarungan bola lokal, nasional, hingga dunia.

Saya ingat dulu Mbak Guru bercerita pemain-pemain bola dunia. Menyebutkan asal negaranya. Tahu mana pemain baru dan pemain lama, dan hafal betul. Tahu siapa pencetak gol pada setiap pertandingan.

Berbeda dengan Mbak-Mbak lain, yang hafal nama-nama pemain timnas kalau lagi kejuaraan AFF saja. Itupun, berusaha menghafal. Usai AFF, mana peduli lagi urusan bola.

Tapi, Mbak.. saya salut dengan nasionalisme kalian. Semangat ya. Saya kira, usaha kalian membahas bola pada pertandingan Indonesia-Thailand kemarin adalah bentuk cinta tanah air versi kalian masing-masing. Paling tidak Mbak-Mbak sekalian semangat menjadi pendukung timnas, dari pada terjun jadi pemain bola, terus mangkel menendang bola ke gawang sendiri kayak Mursyid Efendi.

Bravo olahraga!

 

Kamis, 30 Desember 2021.

 

1 komentar untuk "Gol Bunuh Diri Indonesia-Thailand"

  1. Asiikkk, saya tunggu cerita selanjutnyaaa. Wkwk jadi lepikiran ingin nulis juga kisahh

    BalasHapus