Lovember | 5
foto pribadi |
Saya tidak ingin bercakap-cakap seperti biasanya. Sudah cukup banyak percakapan yang terjadi dalam kepala saya sendiri seharian ini. Sebaiknya saya diam saja.
Menikmati setiap tarikan nafas, lalu bersyukur bahwa hidup telah memberikan pelajaran berkali-kali. Saya bersyukur sampai hari ini masih menyaksikan matahari tampil setiap pagi hingga menjelang petang. saya fans berat Nabi Idris sejak tahu beliau begitu menghormati matahari.
Barangkali benar kata Gus Baha’, dibanding Nabi Musa ketika melawan Fir’aun atau Nabi Luth yang frustasi karena merasa kena prank umatnya, Nabi Idris tak punya pengalaman sekelam itu. Ketika nabi-nabi yang lain berjuang, berperang menaklukkan, diburu-buru hatersnya, Nabi Idris malah jalan-jalan di Surga berdalih sandalnya ketinggalan di sana.
Yah, kalau Allah sudah cinta, mau apa. Ya kan, Pak Haji?
Barangkali memang Nabi Idris salah satu tugasnya adalah menghibur, agar manusia mengambil jeda sejenak lalu tertawa. Hahaha. Beliau humoris sekali, saya sangat ingin bertemu beliau. Sepertinya hidupnya tidak pernah galau. Tidak pernah kesal. Tidak pernah merasa putus asa sampai ingin lari tak tau kemana dan akhirnya ikut kapal sembarangan seperti kisah Nabi Luth itu.
Ah, hidup. Jangankan kita, Nabi Muhammad saja nyaris stres tiap hari kalau tak ada Siti Khadijah, Siti Aisyah, para sahabat, dan Malaikat Jibril yang menghiburnya.
Saya kadang berpikir, mengapa manusia selalu pusing dengan perkara-perkara hidupnya. Padahal apa lah susahnya. Soal rezeki sudah dijamin. Perihal jodoh juga sudah pasti ada sekalipun belum tahu siapa. Mandi tinggal mandi, makan tinggal masak, sakit tinggal cari obat, paketan habis tinggal isi, duit habis ya sudah. Apa lagi?
Kuku sudah tumbuh sendiri tak perlu disiram dan dipupuk. Gigi juga tumbuh sendiri asal masih ada stok. Rambut juga terus tumbuh tinggal potong mana suka. Suka panjang ya panjang, suka pendek ya tinggal potong.
Tapi Pak Haji, omongan Cak Nun itu ada benarnya juga. Bagaimana kalau gigi kita terus tumbuh seperti rambut dan kuku? Sampai panjaaang sekali, lalu manuisa repot harus potong gigi tiap bulan. Kira-kira habis berapa untuk biaya perawatan gigi? Untung saja Allah Maha Pemurah dan Maha Detail.
Bagaimana kalau alis juga terus tumbuh panjang? Atau bulu mata? Semua menjadi panjang tak karuan, dan kesibukan manuia bertambah. Selain bergosip mereka juga sibuk memotong gigi, alis, dan bulu matanya di salon.
Bergosip memang ciri khas sapiens, kata Yuval. Segerombolan sapiens dapat duduk berjam-jam dengan orang yang belum mereka kenal berbicara tentang sekawanan siapa memusuhi siapa, pejantan yang mana berselingkuh dengan sekawanannya, lalu dengan itu mereka menjadi kelompok tunggal di muka bumi dari spesies homo.
Hah! Padahal saya sudah bilang, untuk hari ini tidak ada percakapan, Pak Haji. Tetapi denganmu saya ‘kok merasa bisa berbicara panjang lebar sekalipun mataku nyaris terpejam, bahkan kulanjutkan dalam tidurku. Biasanya pagi-pagi saya akan memberitahumu ini-itu lalu kau jawab dengan anggukan atau sebatas “Oya?”. Apanya yang “Oya?”.
Sepertinya sebentar lagi saya akan melantur kemana-mana kalau tak segera disudahi. Mata saya mulai berat, ia memang rewel dibanding matamu yang mampu bertahan sampai sebuh demi robot-robotmu yang cantik itu.
Sudahlah. Selamat malam, Pak Haji.
Pamekasan, 23 November 2021
Kata-kataku habis tepat pada jam 22.11 WIB
Posting Komentar untuk "Lovember | 5"