Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lovember | 1

Dokumen pribadi | 30 Nopember 2021

Lovember ini, Tuan, adalah sebutan untuk anniversary pernikahan saya pada bulan November tahun lalu. Sebagai perayaan, saya akan mengisahkan banyak hal tentang saya dan doi tentunya, sayangnya dia tak suka baca. Jadi biar kalian menjadi saksi betapa istikamah dan totalnya saya dalam mencintai.  

Dulu sekali, sewaktu masa-masa kuliah, saya pernah menulis surat untuk Pak Haji—Pak Haji Abang, alias Pak Suami yang mirip Joong Ki atau setidaknya nyaris mirip. Isinya semacam proposal pengajuan jalan-jalan ke Eropa, yang saya kira dulu tidak mustahil, nyatanya makin kesini sepertinya semakin tidak mungkin.  

Tulisan itu saya posting di blog pribadi, kemudian saya meminta dia untuk membacanya. Saya berharap akan ada respon dari dia, seperti misalnya; "Wah kebetulan sekali aku ingin melanjutkan studi magister, terus ikut pertukaran pelajar ke luar negeri. Semoga bisa ke sana." Kalau ini dianggap terlalu drama FTV, boleh pakai ungkapan santri, " InsyaAllah, semoga ada kesempatan." Tetapi ungkapan semacam itu tidak kunjung saya dapat.   

Setelah sekitar 4 tahun proposal itu tak tentu kabarnya, tiba-tiba beberapa waktu lalu penyakit "ingin ini ingin itu" saya kambuh lagi. Saya ingin jalan-jalan ke luar negeri untuk melihat mahakarya seni dunia: lukisan klasiknya Da Vinci, lukisan modernnya  Jackson Pollock; kaleng-kalengnya Campbell's Soup Andy Warhol; lukisan De Kooning yang katanya sangat serupa dengan lukisan klasik Da Vinci.  

Saya membayangkan berjalan berdua bergandengan tangan di depan gedung-gedung besar penuh merpati, menikmati lagu-lagu klasik Mozart, nonton opera, melihat museum modern di Spanyol yang katanya ada patung anjing duduk setinggi dua belas meter. Atau melihat Maman si patung laba-laba hitam raksasa yang melayang sekitar 9 meter di udara. Woooo... pasti keren kali itu lah, Bang.  

Tetapi, memang jodoh benar-benar tak kemana. Setelah resmi menikah pada Nopember lalu, kami benar-benar tidak kemana-mana. Kami benar-benar berjodoh. Puji Tuhan.

Meski demikian, saya tetap senang, karena dia selalu berusaha membuat saya senang. Dia suka dengan desain interior Amerika klasik dengan warna dasar putih. Beberapa titik di sudut ruangan kami dia buat ada sentuhan nuansa vintage bercat putih dan abu. Ruangan sebelah dia pakai tema Jepang klasik yang belakangan ini sering dipakai beberapa bangunan di Korea, berpadu dengan lantai bertekstur kayu bernuansa warm. Pada sebagian dinding ruangan itu ada kesan modern, rupanya dia sedang membuat ruangan yang nyaman untuk bersantai atau bekerja, itulah sebabnya dia bilang saya akan susah terlelap di sana. Karena desain dan pilihan warnanya kurang cocok untuk tempat tidur.   

Dan benar saja, saya jarang sekali tidur atau ingin beristirahat di sana. Barang satu atau dua kali pernah, tapi sekarang tidak lagi. Sekalipun saya tidak terlalu mengerti, tapi rasanya aneh saja kalau harus tidur di ruangan itu.

Syukur wal hamdulillah dia cukup mengerti seni. Bagi saya seni itu penting sekali dan orang itu menunjukkan minat seninya lewat beberapa karyanya, bukan menggunakan penjelasan karena dia memang bukan pembaca buku. Kami sering menonton atau mendengarkan berbagai jenis musik bersama, dia cendrung suka musik groovy berbahasa Inggris. Kadang kami nonton beberapa film atau drama bersama. Sesekali kami nonton opera bersama di Youtub, menikmati musik-musik klasik. Dan beberapa kali dia suka mengamati film aneh tanah air.  Dia juga senang dengan shalawat barzanji ala Ploso, yang menurutnya sangat menyentuh dan tidak banyak gaya.  

Mengingat reputasi dia sebagai anak teknik perkapalan, seseorang bisa dengan mudah membayangkannya sebagai pecandu teknologi yang kaku dan pendiam. Namun penampakan dia malah mirip ikon pop modern, selera baju yang dipakai terkadang membuatnya semakin good looking dan fresh. Namun diam-diam menunjukkan minat pada seni klasik dan musik. Dalam hati, saya menyatakan perasaan cinta berkali-kali.  

Soal buku, kami sering berbeda pendapat. Perbedaan yang jauh, sejauh gelombang cahaya dalam ilmu Fisika. Saya senang mengoleksi buku, dia makhluk anti buku. Bagi saya buku adalah ruangan privasi tempat saya bercakap-cakap dengan banyak hal, bagi dia buku bahkan seperti benda asing yang "jangan disentuh, berbahaya!". Tetapi dia banyak tahu istilah-istilah yang saya tidak tahu, itu tampak seperti sesuatu yang berasal dari halusinansi makhluk luar angkasa. Tapi dia bukan alien, teman-teman.

Sayangnya, tulisan ini harus berhenti di sini, untuk dilanjutkan lagi besok.  

Posting Komentar untuk " Lovember | 1"