Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TETAP BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA

 

Gambar: ippnu.or.id

Sejak tahun 1955-2021 pelajar putri telah berkiprah selama 66 tahun. Mulai dari pelosok sampai kota, pergerakan mereka menjadi bukti bahwa perempuan Indonesia sudah berdaya tanpa perlu berteriak: perempuan harus berdaya!

Lebih jauh dari itu, sekitar 1903, Ibu Kartini yang pertama kali meneriakkan kebangkitan perempuan pribumi, beberapa tahun setelahnya  perempuan benar-benar mulai bergerak dan membangun.

Maka sebenarnya kesadaran untuk membangun peradaban telah dimulai sejak seabad lalu, dan hari ini kita tidak perlu mengulang-ulang teriakan yang sama selama 100 tahun terakhir. Di seluruh pelosok negeri masyarakat sering berhadapan dengan perusahaan yang berusaha merempas tanah dan SDA yang terkandung di dalamnya, dan beberapa kasus perlawanan dipimpin oleh kaum perempuan.

Di Kendeng, Jawa Tengah, perempuan melawan kekuasaan PT. Semen Indonesia. Di Mollo, Nusa Tenggara Tengah, ratusan kaum perempuan menegakkan punggung di kawasan pegunungan untuk membentengi wilayah adat, kembali melawan perusahaan. Eva Bande dari Sulawesi Tengah, mengorganisir petani melawan elit lokal yang berusaha merebut hak petani untuk mengubah lahan menjadi perkebunan sawit.

Upaya yang sama juga telah dilakukan oleh pelajar putri kita di pusat. Setelah kontroversi perkawinan anak kembali senter sebab ramai wedding organizer kampanye di media sosial agar para orang tua segera mengwainkan anaknya, pimpinan pusat IPPNU dengan tegas menolak wacana tersebut dan menawarkan implementasi  ajaran agama yang lebih ramah terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

IPPNU pusat juga menggandeng beberapa mentri negara untuk menggerakkan pendidikan dan kreativitas pelajar, berupa pendirian ruang belajar, diskusi, dan berkarya di bebeberapa titik daerah di Indonesia.

Artinya, pergerakan, pembangunan, dan pemberdayaan telah dimulai. Hanya saja seringkali suaranya kalah oleh nararsi-narasi feminisme dan kesetaraan dari barat yang seakan-akan membuat perempuan kita tidak maju. Pengenalan isu kesetaraan saat awal masuk organisasi pergerakan, menjadi usang karena sejarah memberitahu kaum perempuan telah bergandengan tangan di Malang sejak tahun 1955 bukan untuk memulai, tetapi membina dan mengkader remaja putri yang masih duduk di bangku sekolah.

Tidak tahu pastinya kapan, tapi berbagai wacana feminisme dan isu kesetaraan muncul pasca era pencerahan (Aufklarung) di Eropa sekitar abad ke-18. Indonesia termasuk salah satu peserta yang ikut berteriak yang –lucunya—sampai hari ini.

Lalu bagaimana? Buka lembaran buku sejarah, kita pelajari sejarah bangasa kita sendiri, dan lanjutkan apa yang sudah dimulai. Apa yang dicita-citakan telah terhimpun: bersama kita  belajar, berjuang, bertaqwa. Terlepas dari itu, bukan tanpa dasar, pergerakan pelajar putri memiliki tujuan dan falsafah organisasi. Secara keseluruhan semangat perjuangan, motivasi pergerakan, dan tujuan kahir yang diimpikan telah terkandung dalam visi-misi dan lagu IPPNU.

Mari saling menguatkan, tujuan bersama kita adalah mencari ilmu, memberi amal sebagai sesembahan untuk agama, bangsa, dan negeri. Selamat ulang tahun IPPNU-ku. Tetap belajar, berjuang, dan bertaqwa!

 

Ilmu kucari amal kuberi

Untuk agama bangasa negeri

 

Lailatul Q. - IPPNU

Pamekasan, 07 Maret 2020

Dimuat di Buletin IPPNU PAC Bluto.

Posting Komentar untuk "TETAP BELAJAR, BERJUANG, DAN BERTAQWA"