Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pura-Pura Baik


Ini adalah surat ungkapan dari siapa saja, kepada siapa saja—yang merasa dan dirasa cocok. Kalian boleh mengganti bagian titik-titik dengan nama seseorang yang ingin kalian sebut dalam surat. Atau, kalian boleh mebiarkannya kosong—seperti surat ini tidak punya tujuan.

 

Hai, ……. .

Ingin kubilang bahwa “Aku baik”, tapi rasa akan berbicara jauh lebih banyak dari kata-kata. Atau, “Aku baik-baik saja kok, jangan hawatir.” tapi itu adalah ungkapan paling norak yang  menunjukkan kondisi hati benar-benar sedang buruk. Semacam alibi murahan dari sinetron picisan.

Tapi ungkapan “Aku kacau!” adalah bentuk pengakuan yang artinya aku menyadari segala keterbatasanku sebagai manusia paling lemah, dan itu kekuatan.

Ungkapan kelemahan adalah pernyataan paling menguatkan, kuat untuk tidak berpura-pura kuat. Sebuah seni untuk menyampaikan segala yang melemah dan menguat dalam diri.

Kedua, semakin ke sini, semakin aku tidak bisa membedakan ini sepi atau gaduh? Pikiranku telah berbicara terlalu banyak dari mulutku. Aku diam, tapi pikiranku sedang sibuk. Sepertinya aku tersesat dalam sepi sepi dan gaduhku sendiri. Rasa telah memberikan porsinya untuk menambah kekacauan. Kacau adalah dinding antara aku dan ketidakwarasan.

Maka dari kekacauan itu, manusia butuh duduk bersama, berdiskusi, saling menertawakan, meluruhkan semua yang brengsek dalam pikiran untuk siap berjuang lagi esok. Menyalakan rokok atau membuat kopi, menjernihkan pikiran; membaca diri berulang-ulang.

Dengar! Ribuan kali, tak terbatascinta perlu dihayati, diakui, dan dinyatakan kembali. Dan brengseknya adalah, aku tidak punya nyali untuk itu.


2 komentar untuk "Pura-Pura Baik"