Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SIWALAN SI POHON SERBAGUNA

Sepasang sapi Nek Sid sedang memakan rumput sawah. Foto: Lailatul Q. 
 

Pohon-pohon siwalan (palmyra palm, today palm, atau sugar palm) berjejer menjulang di sepanjang jalan desa Kertagena, Kabupaten Pamekasan, Madura. Daerah ini terkenal dengan penghasil gula siwalan. Dulu pernah digagas untuk dijadikan sentra gula siwalan Madura, tetapi gagal karena alasan SDM.

Kertagena bukan Kawasan yang padat, masih banyak pohon-pohon tinggi dan besar, dan lahan sawah yang lebar. Air sungai mengalir deras dan bermuara di laut, beberapa anak menjadikan sungai sebagai wahana bermain. Seorang lelaki membasuh kaki dan lengannya di sungai setelah memanjat pohon siwalan.

Luki, seorang warga Kertagena Tengah cukup ahli memanjat, pohon siwalan jantan atau betina sama pernah dipanjatnya. Dengan alat seadanya, Luki memanjat pohon, 5-6 wadah menggantung di pinggulnya. Tanpa alat keamanan, Luki mampu memanjat 6-10 pohon perhari.

Semua bagian dari pohon siwalan dapat dimanfaatkan dan berpotensi menjadi sumber pendapatan. Pohon siwalan jantan biasanya tidak berbuah, ia dimanfaatkan untuk membuat cuka, gula padat/gula merah, atau gula cair (kental). Sedangkan pohon siwalan betina buahnya dapat dijual langsung atau dibuat berbagai aneka makanan seperti permen. Untuk urusan ini, istri Luki dan para perempuan lain yang mengerjakannya.

Siwalan jantan menghasilkan air nira, bahan dasar gula merah atau gula siwalan. Untuk pembuatannya masyarakat lebih senang menggunakan cara tradisional, yakni tidak menggunakan obat kimia untuk membuat air legen menjadi padat. Kulit pohon kusambi dikeringkan, ditumbuk, dan dicampurkan ke air nira.

Sapi-sapi terdengar melenguh dari setiap rumah penduduk, sapi yang gemuk dan sehat, pakannya adalah ampas gula, kulit buah siwalan, dan rumput-rumput di ladang. “Ampas gula adalah makanan bagus untuk penggemukan sapi,” Ujar Nek Sid, salah seorang pembuat gula siwalan.

Ibu-ibu rumah tangga duduk tertawa dengan anyaman di tangannya. Itu adalah daun siwalan yang dianyam untuk menjadi wadah kue, tikar, tas, atau beragam kerajinan tangan sesuai pesanan.

Sejauh ini, BUMDes telah menggandeng para pengrajin dan penghasil gula untuk memasarkan produk, namun ada juga warga yang memasarkan sendiri dan mendaftarkan produknya di Kemenhumkam Pamekasan. Ibu Yusriyah contohnya, sejak tahun 2015 produk anyamannya telah terdaftar dengan nama Al-Yusri.

Dulu pemasaran dilakukan dengan membawa hasil produksi ke pasar, cara ini membuat minat pekerja menurun karena harga terlalu rendah.  Hasil penjualan tidak sebanding dengan pekerjaan memanjat pohon lalu mengaduknya menjadi gula dengan wadah anyaman. Setelah pemasaran dikembangkan, masyarkat Kembali menaruh harap pada pendapatan siwalan.

Tahun 2021 ini harapan kembali berubah. Bapak Abdurrahman, suami Ibu Yusriyah sedang mengupayakan agar anyaman ini bisa diekspor. “Kemarin, Rabu (17/02/2020) saya diundang ke kantor Bea Cukai Madura untuk urusan ini,” terangnya.

Meski telah ada peluang yang baik, anyaman tidak langsung diproduksi untuk memenuhi jumlah permintaan ekspor nantinya. Saat ini, tenaga kerja baru dibutuhkan untuk mencukupi minimal pengiriman.

Harus ada campur tangan pemerintah untuk produksi maksimal dan pemasaran yang lebih luas. Pemanfaatan pohon siwalan untuk berbagai produksi juga memberi dampak ekonomis. Masyarakat tidak perlu mencari lahan pekerjaan lain dan merantau untuk memebuhi kebutuhan pangan setiap keluarga.

Pemerintah juga bisa memanfaatkan potensi alam sekitar yang melimpah. Sayangnya belum ada alat penunjang untuk Luki dan kawan-kawan sebagai pemanjat pohon siwalan. Pemerintah adalah ujung tombak, mengidentifikasi kendala dan mencari solusi, masyarakat mengharapkan inovasi dan kemajuan.

Posting Komentar untuk "SIWALAN SI POHON SERBAGUNA"