Laboratorium Kreativitas
Pengarang buku Bilik-Bilik Cinta Muhammad, Asy’ari Khotib, suatu
hari di kelas meyampaikan bahwa manusia mengalami sebanyak tiga kali masa
puber. Pertama, ini umum sekali terjadi pada remaja dengan usia-usia labil atau
apa yang disebut dengan puber seksualitas. Semua orang tentu pernah mengalami
ini.
Kemudian yang kedua adalah puber intelektualitas, satu tingkat
lebih tinggi dari puber seksualitas. Bedanya, belum tentu semua orang
mengalami. Dan biasanya kerap terjadi pada diri mahasiswa saat semester-semester
awal. Disebabkan berbagai ideologi baru yang masuk dan diterima olehnya.
Ketiga, puber spiritualitas. Secara teori sebenarnya mungkin
semestinya terjadi pada seseorang pada usia-usia 30 tahun. Namun sebenarnya puber
ketiga ini terjadi juga pada sebelum atau jauh di atasnya. Tidak ada batasan
usia untuk sampai pada tingkatan puber ketiga.
Masa-masa puber ini menjadi indikasi bahwa diri kita terus
berkembang. Dalam hidup, kesulitan senantiasa hadir mengisi hari-hari setiap
orang. Benar, datangnya tidak diharapkan tapi harus dihadapi dan diselesaikan.
Dan setelah selesai menghadapi suatu kesulitan, maka ia akan datang lagi dengan
cara berbeda, selesai lagi datang lagi, demikian seterusnya. Tapi berkat ini, kehidupan
dan skill seseorang menjadi terasah. Bisa bersikap lebih dewasa, cerdas
menghadapi masalah.
Nah, masalah yang datang saat salah satu puber itu sedang kita
alami, jika tak diatasi dengan benar, mungkin sekali untuk menyebabkan perilaku
yang kurang baik. Katakanlah, remaja yang pada saat puber pertama dibiarkan
demikian adanya maka ia kemungkinan terancam masa depan dan pendidikannya.
Sederhananya begitu.
Sepanjang hari kamis kemarin, saya membayangkan seseorang
semestinya memiliki laboratorium kreativitas yang mana kita bisa melakukan
banyak hal. Karena berdasar teori umum, sesuatu akan tercipta dan terjadi hanya
apabila ada lingkungan yang mendukung dan mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Saya pikir, laboratorium semacam ini akan menjadi ruang untuk
berkreasi sekalipun dalam kondusi-kondisi yang diperkirakan tidak akan
produktif. Dewasa ini, orang-orang dibesarkan oleh suatu iklim lingkungan yang
mendorong mereka cepat-cepat menikmati hasil. Kata Cak Nun. Lingkungan yang
membentuk inilah laboratorium besar dalam hidup kita. Untuk menyelamatkan diri
dari hal yang kurang produktif—umumnya remaja yang masih puber seksulitas sulit
menentukan dan memilih kegiatan yang bermanfaat untuk pribadi dan
skillnya—seseorang mesti memiliki lingkungan atau laboratoriumnya sendiri.
Dengan menciptakan atau bergabung. Sebagai bentuk membentengi diri.
Di sisi lain laboratorium kreativitas ini juga sebagai tempat untuk
mengembangkan dan mengasah potensi diri. Apa gambaran paling mudah dari
laboratorium kehidupan ini? Untuk siswa bisa OSIS atau kegaiatan
ekstrakulikuler yang diadakan sekolah. Bisa juga les atau apa pun asal
mengurangi tingkat nganggur dan berleha-leha. Mengapa? Sebab kurang kerjaan
semacam ini, bahaya. Mudah diserang berbagai hal-hal buruk dan kurang baik.
Saat masih duduk di bangku SMK, saya akan merasa pusing sekali
melihat teman-teman berkeliaran tak jelas dan tidak memiliki kegiatan yang
bermanfaat. Oleh karenanya beberapa hanya bermain gadget, ngobrol-ngerumpi, beruntung
kalau tak balapan atau tauran. Sebenarnya, hal ini bisa diminimalisir dengan
menyediakan ruang untuk mereka menyalurkan kesenangannya. Berupa kegiatan
ekskul itu tadi, misalnya.
*mantan ketua OSIS SMK Nurul Huda periode 2013-2014. tulisam dapat dibaca di buletin MADURAIS SMK Nurul Huda.
Posting Komentar untuk "Laboratorium Kreativitas"