Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teka-Teki di Pesantren Impian

Hasil gambar untuk pesantren impianJudul: Pesantren Impian
Penulis: Asma Nadia
Penerbit: AsmaNadia Publishing House
Cetakan: III Agustus 2014
Tebal: 292 Halaman
ISBN: 978-602-9055-29-0


Apa yang tergambar di benak Anda, ketika mendengar sebuah Pesantren Impian di pulau yang sama sekali jauh dari keramaian? Bahkan lokasinya tak tergambar di peta. Barangkali sedikit mirip kisah dongeng belaka. Tapi tentu cara pandang itu salah seratus persen ketika Anda membaca satu buah karya tulis penulis kondang, Asma Nadia.  
Sebanyak lima belas santri putra dan putri dengan masalalu kelam, penuh masalah, setres dengan beban hidup, pengguna narkoba, dan beberapa lainnya mantan penjahat, bahkan pembunuh, dan polisi. Diundang secara rahasia untuk rehabilitasi selama satu tahun di PI. Sebutan untuk pesantren Impian. Mereka yang masih berkenan untuk menenangkan jiwa dan kembali ke jalan-Nya.
Pulau Lhok Jeumpa, Aceh. Selalu meninggalkan kerinduan khusus di hati mereka yang singgah. Pesantren Impian dibangun untuk memberikan fasilitas gratis bagi penduduk gampong,  setara SD sampai SMA. Dengan cara yang khas, rutin mengundang pendatang; mereka yang ingin mendapatkan ketenangan, membersihkan diri, belajar tentang Islam lebih dalam, atau sekedar mengubah cara hidup agar lebih dekat ke alam (hlm. 18-20).
Di PI semua dikemas begitu menarik. Hingga mau tidak mau, semua santri sedikit demi sedikit mulai meninggalkan gadget yang bisanya tak pernah berjarak dari jari. Semua lambat laun terabikan (hlm 37). Kegiatan di PI telah cukup membuat mereka puas bermain dan melupakan beberapa dari kehidupan kelamnya. Berbagai olahraga, belajar menembak, berkebun, beternak, belajar memasak, keterampilan, bahasa Arab dan Inggris, bahkan kelas komputer. Para santri juga diajari tentang Islam, belajar mengaji Qur’an dengan tajwid yang benar. Waktu santai para santri putri pakai untuk berburu kerang-kerang kecil, berlarian di pantai. Setiap Senin dan Kamis, semua dijadwalkan puasa sunah (hlm. 36-38). Semua mereka lakukan. Rupanya cukup ampuh Teungku Budiman mengonsep PI untuk sedikit demi sedikit mengalihkan perhatian mereka dari hal-hal yang kurang penting, menjadi kegiatan yang produktif dan bermanfaat.
Rini, Inong, Sissy, ada Tanti dari Bali, Ipung dari semarang, Sri dari Jogja, Butet dan Eni dari Medan, si kembar Sinta dan Santi dari Bandung, Ita dari Lampung, Yanti dari Padang, Evi dari Kalimantan, serta Iin dan Ina dari Bengkulu semua hadir dengan masa lalu kelam yang berbeda-beda.
Dengan alur sedemikian manis, mungkinkah semua menjadi flat seolah bahagia dan menyenangkan? Tidak. Semua menjadi kian meneganggkan ketika dari santrilah semua masalah berasal. Eni yang polisi tengah memburu pembunuh liar profesional yang berdasarkan kabar sedang berada di pesantren yang sama dengannya. Si kembar Sinta dan Santi, pencandu berat narkoba yang selalu mencurinya dari kamar Butet, Medan, sang mantan Bandar Narkoba. Bahkan sempat menjadi kaki tangan Anton King, bos mafia di Medan. Rini yang diperkosa pakliknya sedang diburu untuk di bunuh. Namun yang benrnasib buruk justru Yanti yang sedang berpura-pura hamil meniru gaya Rini dengan menggunakan bantal.  Dialah yang menjadi sasaran utama anakbuah paklik Rini. Belum lagi kisah cinta Si Gadis dengan Umar yang dianggap asisten kepercayaan Teungku Budiman sang pemilik PI, namun ternyata dialah sebenarnya pemilik PI. Namun identitasnya disembunyikan dengan mengatas namakan Teungku Budiman, semata-mata bentuk usahanya untuk menebus dosa di masa kelamnya sebagai pembunuh dan bandar narkoba profesional hingga menewaskan semua keluarganya.
Teka-teki yang begitu rumit. Dikemas dengan begitu menarik dan menegangkan. Kisahnya sama sekali tidak memberikan peluang kepada pembaca untuk merasa bosan sebelum mengetahui ending dan jawaban dari semua kepingan Puzzle. Asma Nadia dengan rapi menyembunyikan identitas masing-masing tokoh terutama Si Gadis, membuat pembaca tegang dan berusaha menerka-nerka namun susah ditebak. Seperti apa keseruan dan ketegangannya? Buku inilah jawabannya. Selamat membaca!



Posting Komentar untuk "Teka-Teki di Pesantren Impian"