KISAH KAUM SUFI
Judul: Hikayat-Hikayat Sufi
Penulis: Hermawan Aksam
Cetakan I: November 2014
Penerbit: mizania
Tebal: 151 halaman
ISBN: 978-602-1337-29-5
Ada banyak macam cara yang dilakukan oleh orang-orang untuk melakuka pendekatan dan memberikan pemahaman kepada orang lain. Salah satunya adalah dengan bercerita, atau mendongeng. Secara sepintas memang terdengar sederhana. Akan tetapi, pengaruh yang didapat dari konsep berpikir cerdas, dengan menjadikan cerita sebagai alat berdakwah, cukup besar.
Jika mau diteliti lebih mendalam, senyatanya, al-qur’anpun hanya berisi penggalan-penggalan kisah, dan cerita tentang zaman dulu, sekarang, dan yang akan datang. Namun yang harus kita lihat adalah, apa sebenarnya esensi dari cerita tersebut, nilai apa yang ingin Tuhan sampaikan melalui al-qur’an. Saya kira analogi ini sama dengan apa yang dimaksudkan oleh para penulis buku, novel religi, komik, bahkan pada film-film serupa Upin dan Ipin yang bercerita tentang anak-anak.
Cerita merupakan salah satu dari sekian cara yang dilakukan sebagian orang untuk menanmkan cara berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Sebagaimana yang dilakukan oleh Hermawan Aksan dalam bukunya Hikayat-Hikayat Sufi. Yang merekam kisah-kisah penuh nilai agamis para sufi, untuk kemudian dijadikan teladan dan acuan oleh para generasi saat ini.
Isu-isu kontroversial tentang para kaum sufi yang umumnya sering dianggap sebagai orang yang begitu dekat dengan tuhan, hingga dengan total meninggalkan urusan dunianya, melauli buku ini seolah menepis stigma tersebut. Ada banyak kisah yang menunjukkan bagaimana kehidupan para sufi yang digambarkan dalam buku mini sarat makna ini.
Meskipun hanya 151 halaman, buku dengan nuansa menyenangkan ini membahas kehidupan para sufi. Mulai dari keyakinan, rezeki, godaan, doa, dosa, akhlak mulia, pahala, niat, kerinduan, dan lainnya. Hingga ada 148 bagian kehidupan para sudi yang diceritakan.
Keyakinan akan adanya tuhan telah menjadikan setiap orang berani menghadapi apapun. Bahkan hingga seorang budak yang berani menempuh perjalanan jauh tanpa bekal. Ia percaya bahwa yang maha kuasa menciptakan langit dan bumi, juga kuasa mengantarkannya ke makkah tanpa makanan dan kendaraan. (hlm. 9)
Apapun menjadi mungkin saat hati sudah yakin, bahwa tuhan tidak mungkin mengingkari janjinya untuk memberikan jalan keluar bagi hambanya yang bertaqwa. Dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.
Para kaum sufi juga percaya dan mengamalkan dengan sebenar-benarnya pengamalan dari sebuah kata sabar. Sebagaimana Abu Abdullah Al-Khayyath yang dengan sabar menerima setiap rezeki yang diberikan Tuhan kepadanya meski dengan unag lusuh dari hasil jahitannya (hlm 86). Seperti juga Abu Ustman yang bersabar meski disiram abu oleh seorang tak dikenal. Ia justru menangis karena merasa semestinya ia dibakar dengan api neraka, buka dengan abu (hlm 84).
Nilai tambah dalam buku ini, penulis selalu memberikan semacam dalil. Lutipan ayat, hadits, pepatah, dan lain sejenisnya setiap di akhir kisah. Sehingga pembaca terbibing untuk tahu maksud sebenarnya dari kisah tersebut. Bercerita memang mampu menyerap lebih banyak orang untuk paham maksud sesuatu yang hendak disampaikan. Semua kalangan bahkan nyaris gemar mendengarkan atau bercerita sendiri. Intinya papun metodenya, kita paham esensi dan maksudnya.
Posting Komentar untuk "KISAH KAUM SUFI"