Dunia Kertas
Saya lupa mengingat kapan kali pertama saya
membaca buku lalu jatuh hati padanya. Ingatan saya benar-benar lemah akan
kenangan saya bersama buku pertama yang saya koleksi. Yang jelas menginjak SMK
saya memutuskan memiliki koleksi buku pribadi.
Tak apa, ternyata buku demikian misterius
pengaruhnya. Buku mengubah takdir hidup orang-orang, demikian kata seorang
penulis novel terkenal, Carlos Maria Dominguez. Ia mengarang sebuah novel tipis
berjudul Rumah Kertas. Sebuah kisah tak terlupakan tentang duia sastra,
perpustakaan, dan kecintaan akan buku-buku. Demikianlah komentar Ceritiques
Libres tentang novel itu.
Dominguez bercerita tentang seorang
profesor sastra di Universitas Cambridge, Inggris, yang tewas ditabrak mobil
saat sedang membaca buku lawas Poems
karya Emily Dickinson yang baru saja dibelinya. Saat menyusuri puisi
kedua ditikungan jalan pertama ia ditabrak mobil dan meninggal. Kemudian
rekannya mendapati sebuah buku aneh dikirim ke alamatnya tanpa sempat ia
terima: sebuah terjemahan berbahasa Spanyol dari karya Joseph Conrad yang
dipenuhi serpihan-serpihan semen kering dan dikirim degan cap pos Uruguay.
Penyelidikan tentang asal usul buku aneh itu membawanya memasuki semesta para
pencinta buku, dengan berbagai ragam keunikan dan kegilaannya.
Rupanya tak hanya game PokemonGo yang dapat
dianggap membahayakan karena telah menyebabkan seseorang tertabrak dan
meninggal. Pikir saya.
Bukupun nyatanya menyebabkan hal-hal aneh
dan gila bahkan mengerikan semacam itu. Ada orang yang membaca kisah
petualangan Sandokan, Bajak Laut Dari Negeri Malaysia, dan memutuskan
menjadi profesor sastra di Universitas-Universitas terpencil. Siddharta membuat
puluhan ribu anak muda menggandrungi kebatinan, sementara Hemingway membuat
mereka menggandrungi olahraga. Dumas memperumit hidup ribuan wanita, yang
sebagian diantaranya selamat dari bunuh diri gara-gara buku resep masakan.
Domengoez mencoba mengaikan kisah Bluma dalam novelnya sebagai bagian dari
kategori bahwa buku mengubah takdir hidup orang-orang. Bluma termasuk korban
buku-buku.
Seorang profesor sepuh pengajar
bahasa-bahasa kuno, Leonard Wood, lumpuh setelah lima jilid Encyclopaedia
Britannica jatuh menimpa kepalanya dari rak perpustakaannya. Richard, sahabat
Domenguez sendiri, patah kaki waktu mencoba menjangkau Absalom karya
William Faulkner yang ditaruh begitu menyempil di rak sampai ia terpelanting di
tangga.
Temannya yang lain lagi di Buenos Aires
terkena tuber kulosis di gedung bawah tanah, gedung arsip. Dan bahakan
Domenguwez pernah melihat seekor anjing
mati salah cerna gara-gara menggigiti halaman-halaman novel Karamazov
Berraudara saat sedang marah-marah tak jelas juntrungannya. Benar-benar ekstrem
dan mengerikan.
Banyak orang yang membaktikan hidupnya pada
hal yang mereka senangi, termasuk sastra dan buku-buku sastra tentunya, tanpa
pernah membayangkan bahwa kegemarannya itulah yang akan merenggutnya dari dunia
ini. Hal ini kemudian mengingatkan saya pada salah seorang sahabat saya semasa
SMK, ia mengatakan “oreng bekal mateh ben bur leburnah” (seseorang akan
mati dengan hal yang ia senangi) ia adalah salah seorang yang baru mencintai
buku setelah saya menolak cintanya. Ternayata ia diam-diam memperhatikan diri
saya dan apa yang saya senangi. Entah apa yang ada dalam pikirannya tiba-tiba
ia menyukai hal-hal yang saya sukai dan mengikuti saran-saran saya.
Sebagai orang yang merasa jauh dari
peradaban pengetahuan, ia mulai memiliki sebuah kepercayaan untuk menata hidup
baru dan mulai percaya diri karena berhasil meraih juara tiga pada lomba debat
ilmiah di kabupaten. Saya yakin kala itu ia punya harapan dan semangat baru untuk
menjadi seperti apa yang dibayangkannya selama ini. Ah, ternyata dunia tak
benar-benar baik, tidak pula demikian kejam. Persaingannya dengan calon
mahasiswa lain membuatnya kembali rapuh. Ia tidak lolos seleksi PTN waktu
mendaftar di UB, kampus impiannya. Akhirnya ia memutuskan berhenti berharap.
Selamanya. Lagi-lagi kisah berawal dari buku dan segala kejutannya.
Saya tidak berharap memiliki kisah kelam
bersama buku-buku sebagai mana Bluma, Leonard Wood, Richard, atau bahkan si
anjing Cile. Cukup saya ucapka selamat tinggal pada Bluma dan sekawanannya,
kuhaturkan hormat pada Domenguez sang adiluhung telah memperkenalkan saya pada
rumah kertasnya.
07 Nopember 2016.
Posting Komentar untuk "Dunia Kertas"